PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Epistemologi
Epistemologi atau teori
pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Mula-mula manusia
percaya bahwa dengan kekuasaan pengenalannya ia dapat mencapai realitas
sebagaimana adanya para filosof pra Sokrates, yaitu filosof pertama di alam
tradisi Barat, tidak memberikan perhatian pada cabang filsafat ini sebab mereka
memusatkan perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan perubahan, sehingga
mereka kerap dijuluki filosof alam.
Metode ernpiris yang
tela:n dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan yang besar pada Zaman
Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561-1626). Dua di antara
karya-karyanya yang menonjol adalah The Advancement of Learning dan Novum
Organum(organum baru).[1]
Fisafat Bacon mempunyai
peran penting dalam metode Irrduksi dan sistematis menurutdasar filsafatnya
sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan pada manusia atas
alam melalui peyelidikan ilmiah. mam. Karena itu usaha yang ia lakukan pertama kali
adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan
mengalami perkembangan, dan tidak akan bermakna kecuali ia mernpunyai kekuatan
yang dapat membantu meraih kehidupan yang lebih baik.
Sikap khas Bacon
mengenai ciri dan tugas filsafat tampak paling mencolok dalamNovum Organum.
Pengetahuan dan kuasa manusia satu sama lain, menurutnya alam tidak dapat
dikuasai kecuali dengan jalan menaatinya, agar dapat taat pada alam. Manusia
perlu mengenalnya terlebih dahuku dan untuk mengetahui alam diperlukan
observasi. Pengetahuan, penjelasan. dan pembuktian.
Umat manusia ingin
menguasai alam tetapi menurut Bacon, keinginan itu tidak tercapai sampai pada
zamannya hidup, hal ini karena ilmu-imu pengetahuan berdaya guna dalam mencapai
hasilnya, sementara logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun
ilmu pengetanuan. Bahkan, Bacon meganggap logika lebih cocok untuk melestarikan kesalahan
dan kesesatan yang ada ketimbang mengejar menentukan kebenaran.
2.2
Pokok-pokok Ajaran Nyaya
Dalam
sistem Nyaya ada dua pemikiran tentang penyebarluasan cita-cita yang ada dalam
kitab Nyaya-sutra yang berasal dari dua sekolah yang berbeda, yaitu sekolah
kuno dan modern dari Nyaya. Sekolah kuno dari Nyaya mengajarkan tentang cara
mengembangkan cita-cita yang ada dalam Nyaya sutra. Gotama itu melalui beberapa
proses yaitu : menyerang, membalas serangan, dan bertahan disebut pula dengan
nama pracina-nyaya. Sedangkan dalam sekolah modern dari Nyaya yang juga dusebut
dengan Nawya-Nyaya,menyebarkan cara penyebarluasan cita-cita yang ada dalam
Nyaya-sutra itu melalui bentuk pemikiran yang logis yaitu perpaduan antara
konsep, waktu dan cara pemecahannya. Dalam perkembangannya kedua ajaran dari
sekolah Nyaya yang berbeda itu dipadukan menjadi satu sistem yang disebut
Nyaya-Waisasika.
Selanjutnya
sistem Nyaya mengemukakan ada 16 pokok pembicaraan (padartha) yang perlu
diamati dengan teliti, yaitu : pramana, prameya, samsaya, prayojana, drstanta,
siddhanta, awayaya, tarka, nirnaya, wada, jalpa, witanda, hetwabhawa, chala,
jati, dan nigrahastana. Penjelasan singkat dari setiap padartha ini adalah
sebagai berikut :
1 Pramana adalah
suatu jalan untuk mengetahui sesuatu secara benar.
2 Prameya adalah
sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan yang benar atau obyek dari pengetahuan
yang benar, yaitu kenyataan.
3 Samsaya atau
keragu-raguan terhadap suatu pernyataan yang tidak pasti. Keragu-raguan ini
terjadi karena pandangan yang berbeda terhadap suatu obyek, sehingga pikiran
tidak dapat memutuskan tentang wujud obyek itu dengan jelas.
4 Prayojana yaitu
akhir penglihatan seseorang terhadap suatu benda yang menyebabkan kegagalan
aktivitasnya untuk mendapatkan benda tersebut.
5 Drstanta atau
suatu contoh yang berasal dari fakta yang berbeda sebagai gambaran yang umum.
Hal ini biasa digunakan dan diperlukan dalam suatu diskusi untuk mendapatkan
kesamaan pandangan.
6 Siddhanta atau
cara mengajarkan sesuatu melalui satu sistem pengetahuan yang benar. Sistem
pengetahuan yang benar adalah sistem Nyaya yang mengajarkan bahwa Atman atau
jiwa itu adalah substansi yang memiliki kesadaran yang berbeda dengan hal-hal
yang bersifat keduniawian.
7 Awaya atau
berfikir yang sistematis melalui metode-metode ilmu pengetahuan. Berfikir yang
sistematis akan melahirkan suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh rasio dan
mendekati kenyataan.
8 Tarka atau
alasan yang dikemukakan berdasarkan suatu hipotesa untuk mendapatkan suatu
kesimpulan yang benar. Ini adalah suatu perkiraan, sehingga kadang kala
kesimpulan yang diperoleh bertentangan atau mendekati kenyataan yang
sebenarnya.
9 Nirnaya adalah
pengetahuan yang pasti tentang sesuatu yang diperoleh melalui metode ilmiah
pengetahuan yang sah.
10 Wada adalah
suatu diskusi yang didasari oleh perilaku yang baik dan garis pemikiran yang
rasio untuk mendapatkan suatu kebenaran.
11 Jalpa adalah
suatu diskusi yang dilakukan oleh suatu kelompok yang hanya untuk mencapai
kemenangan atas yang lain, tetapi tidak mencoba untuk mencari kebenaran.
12 Witanda adalah
sejenis perdebatan dimana lawan berdebat itu tidak mempertahankan posisi tetapi
hanya melakukan penyangkalan atas apa yang dikatakan oleh lawan debatnya itu.
13 Hetwabhasa adalah
suatu alasan yang kelihatannya masuk akal tetapi sebenarnya tidak atau dapat
diartikan sebagai suatu kesimpulan yang salah.
14 Chala adalah
suatu penjelasan yang tidak adil dalam suatu usaha untuk mempertentangkan suatu
pernyataan antara maksud dan tujuan,jadi sesuatu yang perlu dipertanyakan.
15 Jati adalah
suatu jawaban yang tidak adil yang didasarkan pada analogi yang salah.
16 Nigrahasthana adalah
sesuatu kekalahan dalam berdebat.
Didalam
usahanya untuk mengetahui dunia ini, pikiran dibantu oleh indriya. Karena
pendiriannya yang demikian, maka sistem Nyaya disebut sistem yang realistis.
Menurut
Nyaya tujuan hidup tertinggi adalah kelepasan yang akan dicapai melalui
pengetahuan yang benar. Apakah pengetahuan itu benar atau tidak hal itu
tergantung dari alat-alat yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan tadi.
2.3
Epistemologi Nyaya
Dalam
sistem Nyaya ada empat alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu,
pratyaksa, anumana, upamana dan sabda. Pratyaksa atau pengamatan memberi
pengetahuan kepada kita tentang sasaran yang diamati menurut ketentuan dari
sasaran itu masing-masing. Umpamanya, pohon itu tinggi, bola itu bulat dan
sebagainya. Pengetahuan semacam itu ada karena adanya hubungan indriya dengan
sasaran yang diamati. Pengamatan dapat pula terjadi tanpa pertolongan indria,
hal semacam ini disebut pengamatan yang bersifat transenden. Pengamatan
transenden hanya dimiliki oleh yogi yang sempurna yoganya, dengan demikian ia
memiliki kekuatan gaib yang memungkinkan ia dapat berhadapan dengan sasaran
yang membatasi indriya. Pengamatan ada dua macam yaitu nirwikalpa dan
sawikalpa. Nirwikalpa ialah pengamatan yang hanya sebagai sasaran tanpa
penilaian, sedangkan sawikalpa ialah pengamatan yang disertai dengan penilaian.
Sesuatu yang diamati bukan saja sifat-sifatnya, jenisnya, bahkan juga hal yang
tidak berada (abhawa).
Anumana
adalah pengetahuan yang diperoleh dengan penyimpulan. Pengetahuan yang
diperoleh melalui anumana memerlukan sesuatu yang berada diantara yang
mengamati dan sasaran yang diamati. Dengan kata lain pengetahuan dari anumana
memerlukan bantuan pengetahuan lain, tanpa itu tidak mungkin ia dapat mengenukakan
suatu kebenaran. Tujuan dari kesimpulan yang diambil adalah untuk meyakinkan
orang lain atau diri sendiri.
Upamana
adalah alat pengetahuan yang menyebabkan seseorang tahu adanya kesamaan antara
dua hal. Perbandingan menghasilkan pengetahuan tentang adanya hubungan nama
dengan sasaran yang diberi nama itu.
Sabda
atau kesaksian merupakan pramana keempat dari Nyaya. Kesaksian ada dua macam
yaitu kesaksian manusia atau laukika dan kesaksian waidika atau Weda. Diantara
kedua kesaksian ini, kesaksian Weda dipandang sebagai yang paling sempurna dan
tidak dapat salah.
Disamping
pramana ada pula yang disebut dengan apramana yaitu, smrti(ingatan),
samsaya(keragu-raguan), bhrama atau wiparyaywa (kesalahan), dan tarka
(hipotesa). Yang menjadi obyek dari pengetahuan yang benar itu adalah jiwa atau
Atman, badan, indriya, budhi, pikiran (manas), perasaan, dosa (perbuatan yang
tidak baik), pratyabhawa (kelahiran kembali), phala (buah perbuatan), dukha
(penderitaan) dan apawarga (bebas dari penderitaan).
0 komentar:
Posting Komentar