Pages

Minggu, 26 Januari 2014

NYAYA DHARSANA


PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuasaan pengenalannya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya para filosof pra Sokrates, yaitu filosof pertama di alam tradisi Barat, tidak memberikan perhatian pada cabang filsafat ini sebab mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan perubahan, sehingga mereka kerap dijuluki filosof alam.
Metode ernpiris yang tela:n dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan yang besar pada Zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561-1626). Dua di antara karya-karyanya yang menonjol adalah The Advancement of Learning dan Novum Organum(organum baru).[1]
Fisafat Bacon mempunyai peran penting dalam metode Irrduksi dan sistematis menurutdasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan pada manusia atas alam melalui peyelidikan ilmiah. mam. Karena itu usaha yang ia lakukan pertama kali adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan mengalami perkembangan, dan tidak akan bermakna kecuali ia mernpunyai kekuatan yang dapat membantu meraih kehidupan yang lebih baik.
Sikap khas Bacon mengenai ciri dan tugas filsafat tampak paling mencolok dalamNovum Organum. Pengetahuan dan kuasa manusia satu sama lain, menurutnya alam tidak dapat dikuasai kecuali dengan jalan menaatinya, agar dapat taat pada alam. Manusia perlu mengenalnya terlebih dahuku dan untuk mengetahui alam diperlukan observasi. Pengetahuan, penjelasan. dan pembuktian.
Umat manusia ingin menguasai alam tetapi menurut Bacon, keinginan itu tidak tercapai sampai pada zamannya hidup, hal ini karena ilmu-imu pengetahuan berdaya guna dalam mencapai hasilnya, sementara logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun ilmu pengetanuan. Bahkan, Bacon meganggap logika lebih cocok untuk melestarikan kesalahan dan kesesatan yang ada ketimbang mengejar menentukan kebenaran.

2.2 Pokok-pokok Ajaran Nyaya
Dalam sistem Nyaya ada dua pemikiran tentang penyebarluasan cita-cita yang ada dalam kitab Nyaya-sutra yang berasal dari dua sekolah yang berbeda, yaitu sekolah kuno dan modern dari Nyaya. Sekolah kuno dari Nyaya mengajarkan tentang cara mengembangkan cita-cita yang ada dalam Nyaya sutra. Gotama itu melalui beberapa proses yaitu : menyerang, membalas serangan, dan bertahan disebut pula dengan nama pracina-nyaya. Sedangkan dalam sekolah modern dari Nyaya yang juga dusebut dengan Nawya-Nyaya,menyebarkan cara penyebarluasan cita-cita yang ada dalam Nyaya-sutra itu melalui bentuk pemikiran yang logis yaitu perpaduan antara konsep, waktu dan cara pemecahannya. Dalam perkembangannya kedua ajaran dari sekolah Nyaya yang berbeda itu dipadukan menjadi satu sistem yang disebut Nyaya-Waisasika.
Selanjutnya sistem Nyaya mengemukakan ada 16 pokok pembicaraan (padartha) yang perlu diamati dengan teliti, yaitu : pramana, prameya, samsaya, prayojana, drstanta, siddhanta, awayaya, tarka, nirnaya, wada, jalpa, witanda, hetwabhawa, chala, jati, dan nigrahastana. Penjelasan singkat dari setiap padartha ini adalah sebagai berikut :
1 Pramana adalah suatu jalan untuk mengetahui sesuatu secara benar.
2 Prameya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan yang benar atau obyek dari pengetahuan yang benar, yaitu kenyataan.
3 Samsaya atau keragu-raguan terhadap suatu pernyataan yang tidak pasti. Keragu-raguan ini terjadi karena pandangan yang berbeda terhadap suatu obyek, sehingga pikiran tidak dapat memutuskan tentang wujud obyek itu dengan jelas.
4 Prayojana yaitu akhir penglihatan seseorang terhadap suatu benda yang menyebabkan kegagalan aktivitasnya untuk mendapatkan benda tersebut.
5 Drstanta atau suatu contoh yang berasal dari fakta yang berbeda sebagai gambaran yang umum. Hal ini biasa digunakan dan diperlukan dalam suatu diskusi untuk mendapatkan kesamaan pandangan.
6 Siddhanta atau cara mengajarkan sesuatu melalui satu sistem pengetahuan yang benar. Sistem pengetahuan yang benar adalah sistem Nyaya yang mengajarkan bahwa Atman atau jiwa itu adalah substansi yang memiliki kesadaran yang berbeda dengan hal-hal yang bersifat keduniawian.
7 Awaya atau berfikir yang sistematis melalui metode-metode ilmu pengetahuan. Berfikir yang sistematis akan melahirkan suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh rasio dan mendekati kenyataan.
8 Tarka atau alasan yang dikemukakan berdasarkan suatu hipotesa untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar. Ini adalah suatu perkiraan, sehingga kadang kala kesimpulan yang diperoleh bertentangan atau mendekati kenyataan yang sebenarnya.
9 Nirnaya adalah pengetahuan yang pasti tentang sesuatu yang diperoleh melalui metode ilmiah pengetahuan yang sah.
10 Wada adalah suatu diskusi yang didasari oleh perilaku yang baik dan garis pemikiran yang rasio untuk mendapatkan suatu kebenaran.
11 Jalpa adalah suatu diskusi yang dilakukan oleh suatu kelompok yang hanya untuk mencapai kemenangan atas yang lain, tetapi tidak mencoba untuk mencari kebenaran.
12 Witanda adalah sejenis perdebatan dimana lawan berdebat itu tidak mempertahankan posisi tetapi hanya melakukan penyangkalan atas apa yang dikatakan oleh lawan debatnya itu.
13 Hetwabhasa adalah suatu alasan yang kelihatannya masuk akal tetapi sebenarnya tidak atau dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang salah.
14 Chala adalah suatu penjelasan yang tidak adil dalam suatu usaha untuk mempertentangkan suatu pernyataan antara maksud dan tujuan,jadi sesuatu yang perlu dipertanyakan.
15 Jati adalah suatu jawaban yang tidak adil yang didasarkan pada analogi yang salah.
16 Nigrahasthana adalah sesuatu kekalahan dalam berdebat.
Didalam usahanya untuk mengetahui dunia ini, pikiran dibantu oleh indriya. Karena pendiriannya yang demikian, maka sistem Nyaya disebut sistem yang realistis.
Menurut Nyaya tujuan hidup tertinggi adalah kelepasan yang akan dicapai melalui pengetahuan yang benar. Apakah pengetahuan itu benar atau tidak hal itu tergantung dari alat-alat yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan tadi.
2.3 Epistemologi Nyaya
Dalam sistem Nyaya ada empat alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu, pratyaksa, anumana, upamana dan sabda. Pratyaksa atau pengamatan memberi pengetahuan kepada kita tentang sasaran yang diamati menurut ketentuan dari sasaran itu masing-masing. Umpamanya, pohon itu tinggi, bola itu bulat dan sebagainya. Pengetahuan semacam itu ada karena adanya hubungan indriya dengan sasaran yang diamati. Pengamatan dapat pula terjadi tanpa pertolongan indria, hal semacam ini disebut pengamatan yang bersifat transenden. Pengamatan transenden hanya dimiliki oleh yogi yang sempurna yoganya, dengan demikian ia memiliki kekuatan gaib yang memungkinkan ia dapat berhadapan dengan sasaran yang membatasi indriya. Pengamatan ada dua macam yaitu nirwikalpa dan sawikalpa. Nirwikalpa ialah pengamatan yang hanya sebagai sasaran tanpa penilaian, sedangkan sawikalpa ialah pengamatan yang disertai dengan penilaian. Sesuatu yang diamati bukan saja sifat-sifatnya, jenisnya, bahkan juga hal yang tidak berada (abhawa).
Anumana adalah pengetahuan yang diperoleh dengan penyimpulan. Pengetahuan yang diperoleh melalui anumana memerlukan sesuatu yang berada diantara yang mengamati dan sasaran yang diamati. Dengan kata lain pengetahuan dari anumana memerlukan bantuan pengetahuan lain, tanpa itu tidak mungkin ia dapat mengenukakan suatu kebenaran. Tujuan dari kesimpulan yang diambil adalah untuk meyakinkan orang lain atau diri sendiri.
Upamana adalah alat pengetahuan yang menyebabkan seseorang tahu adanya kesamaan antara dua hal. Perbandingan menghasilkan pengetahuan tentang adanya hubungan nama dengan sasaran yang diberi nama itu.
Sabda atau kesaksian merupakan pramana keempat dari Nyaya. Kesaksian ada dua macam yaitu kesaksian manusia atau laukika dan kesaksian waidika atau Weda. Diantara kedua kesaksian ini, kesaksian Weda dipandang sebagai yang paling sempurna dan tidak dapat salah.
Disamping pramana ada pula yang disebut dengan apramana yaitu, smrti(ingatan), samsaya(keragu-raguan), bhrama atau wiparyaywa (kesalahan), dan tarka (hipotesa). Yang menjadi obyek dari pengetahuan yang benar itu adalah jiwa atau Atman, badan, indriya, budhi, pikiran (manas), perasaan, dosa (perbuatan yang tidak baik), pratyabhawa (kelahiran kembali), phala (buah perbuatan), dukha (penderitaan) dan apawarga (bebas dari penderitaan).


0 komentar:

Posting Komentar