BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar manusia tidak bisa
terlepas dari stimulus dan respon yang dialami sebagai suatu tanggapan atas
suatu rangsangan yang masuk. Para ilmuwan terdahulu banyak menggunakan hewan
sebagai bahan percobaan terhadap teori-teori yang telah ditemukan, yang mana
teori tersebut bila sudah teruji dengan baik maka dapat diaplikasikan terhadap
manusia, diantaranya yaitu teori Burrhus Frederic Skinner, Edwin R Gutric, dan
Clark Hull.
Akan tetapi dalam makalah ini hanya akan
menjelaskan tentang teori belajar Burrhus Frederic Skinner saja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dan agar
pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu melebar maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah
teori belajar menurut Burrhus Frederic Skinner?
- Bagaimana
prinsip-prinsip belajar menurut Burrhus Frederic Skinner?
- Apasaja
kelebihan dan kekurangan dalam teori Burrhus Frederic Skinner?
1.3 Tujuan
Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
- Untuk
mengetahui teori belajar menurut Burrhus Frederic Skinner
- Untuk
mengetahui prinsip-prinsip belajar menurut Burrhus Frederic Skinner
- Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan
dalam teori Burrhus Frederic Skinner
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Burhuss Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di
sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang
pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia
merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan
yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat.
(Sumber: http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/burhuss-frederick-skinner-tokoh-psikologi-behaviorisme/ Diakses
tanggal 15 November 2011)
Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra
bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College.
Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua
tahun.
(Sumber: http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/burhuss-frederick-skinner-tokoh-psikologi-behaviorisme/
Diakses tanggal 15 November 2011)
Pada tahun 1928, ia melamar masuk
program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada
tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala
departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun
1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. (Sumber:
http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/burhuss-frederick-skinner-tokoh-psikologi-behaviorisme/ Diakses
tanggal 15 November 2011)
Di Universitas tersebut dia
menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai
kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon
doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku
fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu
karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner
meninggal dunia karena penyakit Leukemia. (Sumber: http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/burhuss-frederick-skinner-tokoh-psikologi-behaviorisme/ Diakses
tanggal 15 November 2011)
Banyak teori tentang belajar
yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad
ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap
para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme). (Sumber: Margaret
E. Bell Gredler, (1994) Diakses tanggal
15 November 2011)
Pada awal mulanya dikembangkan
oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal
dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan
kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli
psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. (Sumber: Margaret
E. Bell Gredler, (1994) Diakses tanggal
15 November 2011)
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi
pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan
dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. (Sumber:
Margaret E. Bell Gredler, (1994) Diakses
tanggal 15 November 2011)
Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar
ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. (Sumber: Margaret
E. Bell Gredler, (1994) Diakses tanggal
15 November 2011)
Di awal abad 20 sampai sekarang ini
teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi
yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa
kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan
untuk pembelajaran. (Sumber: Margaret
E. Bell Gredler, (1994) Diakses tanggal
15 November 2011)
Walaupun teori belajar tigkah laku
mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori
belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan
pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada
satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif. (Sumber: Margaret
E. Bell Gredler, (1994) Diakses tanggal
15 November 2011)
Dalam makalah ini akan dibahas
sebuah teori belajar dari aliran behaviorisme yaitu teori belajar kondisioning
operan B.F Skinner yang terdiri dari beberapa hal yaitu: (Sumber: Margaret
E. Bell Gredler, (1994) Diakses tanggal
15 November 2011)
A.
Sejarah
munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner.
B.
Kajian
umum teori B.F Skinner.
C. Prinsif
belajar menurut B.F Skinner.
D.
Aplikasi
teori skinner terhadap pembelajaran.
E.
Analisis
perilaku terapan dalam pendidikan.
F.
Kelebihan
dan kekurangan teori skinner.
BAB III
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN B.F SKINNER
1. Pengkondisian Tipe S dan Tipe R
Asas pengkondisian operan B.F
Skinner dimulai awal tahun 1930-an, Istilah-istilah seperti cues
(pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive)
dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan
daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu. (Sumber: John
W. Satrock,( 2007) Diakses tanggal
16 November 2011)
Ada dua jenis pengkondisian.
Pengkondisian Tipe S juga dinamakan Respondent Conditioning (pengkondisian
responden) dan identik dengan pengkondisian klasik. Tipe ini disebut dengan
tipe S karena menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang
diinginkan. (Sumber:
John W. Satrock,( 2007) Diakses
tanggal 16 November 2011)
Tipe R dinamakan Operant
Conditioning (pengkondisian operan). Tipe R dinamakan tipe kondisi yang
menyangkut perilaku operan karena penekannya adalah respon. Dalam pengkondisian
tipe R kekuatan pengkondisiannya ditunjukkan dengan tingkat respon (respon
rate).
(Sumber: John W. Satrock,( 2007) Diakses
tanggal 16 November 2011)
Skinner tidak sependapat dengan
pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki
sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R
tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan
bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. (Sumber: John
W. Satrock,( 2007) Diakses tanggal
16 November 2011)
Bukan begitu, banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu
merespon nanti. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
16 November 2011)
Asas-asas kondisioning operan adalah
kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar
psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan
fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R
lainnya. (Sumber:
John W. Satrock,( 2007) Diakses
tanggal 16 November 2011)
Skinner menghindari kontradiksi yang
ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua
jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung
jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
16 November 2011)
2. Sistem Kerja Skinner Box
Skinner membuat eksperimen dalam
laboratoriumnya dengan memasukkan tikus kedalam kotak yang disebut “Skinner
Box”. Kotak ini sudah dilengkapi dengan berbagi perlengkapan yaitu
tombol, alat pemberi makan, penampung makanan, lampu yang diatur nyalanya dan
lantai yang dialiri oleh listrik. Karena dorongan lapar sang tikus
(hunger drive), si tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. (Sumber: John
W. Satrock,( 2007) Diakses tanggal
16 November 2011)
Gambar 1
Eksperimen Skinner
(sumber: B.F. Skinner and radical behaviorism, http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
Diakses tanggal 16 November 2011)
Selama tikus itu bergerak
kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja tikus itu menekan tombol
sehingga makanan keluar. Secara terjadwal, diberikan makanan secara bertahap
sesuai peningkatan perilaku yang di tunjukkan oleh tikus tersebut, sehingga
proses ini disebut shapping. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
16 November 2011)
Tujuan dari eksperimen ini sendiri
adalah bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat
bila diberi penguatan. Selain itu mengahsilkan hukum-hukum dari teori belajar
yaitu:
a. law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku yang
diiringi dengan stimulus penguat , maka perilaku itu menguat.
b. law of operant of extinction, yaitu jika timbulnya operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat ,
maka perilaku itu akan menurun. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
16 November 2011)
B. KAJIAN UMUM TEORI B.F SKINNER
1. Pengkondisian Operan
Inti dari teori behaviorisme Skinner
adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah
sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan
Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut: (Sumber: Margaret
E. Bell Gredler, (1994) Diakses tanggal
15 November 2011)
- Belajar itu adalah tingkah laku.
- Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional
berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan
kondisi-kondisi lingkungan.
- Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan
lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan
kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di
bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
- Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan
satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya
tingkah laku.
Tabel 1 Perbandingan Respons Elisit dan
Tingkah-Laku Operan
Respons Elisit ( Refleks )
|
Respons Emisi atau Operan
|
Ada korelasi yang dapat diamati
antara stimulus dan respons; Respons yang terpancing keluar terutama untuk
menjaga kesejahteraan organisme.
|
Ada respons bertindak mengenai
lingkungan yang menimbulkan konsekuensi yang berpengaruh pada organisasi, dan
dengan demikian mengubah tingkah-laku yang akan datang; Tidak ada korelasi
nya dengan stimulus sebelumnya.
|
Di kondisikan dengan substitusi
stimulus; Kondisioning Tipe S
|
Di kondisikan melalui konsekuensi
respons yang memperbesar peluang merespons; Kondisioning Tipe R.
|
(Sumber: John
W. Satrock,( 2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
- Tingkah-laku organisme secara individual merupakan
sumber data yang cocok.
- Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama
untuk semua jenis mahkluk hidup.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut
menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah
adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
2. Penguatan dan Hukuman
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman
(punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
Penguatan boleh jadi kompleks.
Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
- Penguatan
positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
-
Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll). (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
Satu cara untuk mengingat
perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah
dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam
penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah
mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa
penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan
hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan
contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman.
(Sumber: John W. Satrock, (2007) Diakses
tanggal 20 November
2011)
Tabel 2 Contoh dari konsep penguatan
positif, negatif, dan hukuman
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang
bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji murid
|
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak
pertanyaan
|
Penguatan negatif
|
||
Perilaku
Murid
menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku kedepan
Murid
makin sering menyerahkan PR tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid
menyela guru
|
Konsekuensi
Guru
mengajar murid langsung
|
Prilaku kedepan
Murid
berhenti menyela guru
|
Ingat bahwa penguatan bisa
berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
|
(Sumber: John
W. Satrock,( 2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
3. Perilaku
Verbal
Skinner menggolongkan respon verbal
berdasarkan bagaimana mereka terkait dengan penguatan, yakni dari segi apa yang
mesti dilakukan agar respon itu diperkuat. Klasifikasi ini didiskusikan secara
singkat sebagai berikut :
- Mand
Skinner (1957) mengatakan, “Mand dicirikan oleh hubungan unik antara
bentuk respons dengan penguatan yang secara khas diterima dalam komunitas
verbal tertentu. Terkadang untuk menyebut relasi ini kita bisa mengatakan bahwa
sebuah mand “menspesifikasikan”
penguatannya. (Sumber:
John W. Satrock, (2007) Diakses
tanggal 20 November
2011)
Dengar! Lihat! Stop! dan Katakan ya!
Adalah ucapan yang ditujukan untuk menentukan perilaku pendengarnya; namun
ketika seseorang yang lapar berteriak meminta Roti!, atau tambah Supnya!, dia
sedang menentukan penguatan utama. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
Kedua perilaku dari pendengar dan
penguatan utama itu sering dispesifikasikan. Mand tambah garam!, misalnya, menspesifikasikan tindakan (menambah)
dan penguatan utama (garam). Kata mand berasal dari fakta bahwa ada
permintaan (demand). Ketika permintaan dipenuhi, ucapan (mand)
diperkuat, dan saat kebutuhan seseorang muncul lagi di waktu yang lain, orang
itu kemungkinan akan mengulangi mand tersebut. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
b.
Tact
Skinner (1957) mengatakan, “Contoh
tipe operan ini adalah ketika anak, yang berhadapan dengan boneka, sering
mendapat sejenis penguatan umum dengan mengatakan boneka; atau, mahasiswa
zoology diperkuat jika ketika ia mengatakan ikan teleos saat di depannya dihadirkan
ikan teleos atau gambarnya. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
Tidak ada istilah yang memadai untuk
tipe operan ini. “Tanda”, “simbol”, dan istilah teknis dari logika dan semantik
mengingatkan kita pada skema referensi khusus dan menekankan respons verbal itu
sendiri. Istilah “tact” akan dipakai
di sini. Istilah ini mengandung kesan mnemonik (mnemonic) dari perilaku yang
“membuat kontak dengan” dunia fisik. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
Suatu tact bisa didefinisikan sebagai operan verbal di mana suatu respons
bentuk tertentu dimunculkan (atau setidaknya diperkuat) oleh objek atau
property atau kejadian tertentu. Kami menjelaskan kekuatan ini dengan
menunjukkan bahwa dengan adanya objek atau kejadian, respons dari bentuk itu
secara khas diperkuat dalam komunitas verbal tertentu”. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
Secara umum, tact adalah
penamaan objek atau kejadian di lingkungan dengan tepat, dan penguatannya
berasal dari penguatan kesesuaian antara lingkungan dan perilaku verbal
seseorang. (Sumber:
John W. Satrock, (2007) Diakses
tanggal 20 November
2011)
Dengan demikian beberapa prinsip
belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
-
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan,
jika benar diberi penguat.
-
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
- Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
-
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
-
Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
-
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
-
Dalam pembelajaran, digunakan shaping. (Sumber: John
W. Satrock, (2007) Diakses tanggal
20 November 2011)
C.
PRINSIP BELAJAR MENURUT SKINNER
Hasil
eksperimen yang dilakukan Skinner menghasilkan beberapa prinsip-prinsip belajar
yang menghasilkan perubahan prilaku yaitu:
- Reinforcement
Yaitu sebuah konsekuen yang
menguatkan tingkah laku (frekuensi tingkah laku). Seperti dalam contoh, permen
pada umumnya dsapat menjadi reinforcer bagi prilaku anak kecil, tetapi ketika
beranjak dewasa permen bukan lagi suatu yang menyenangkan, bahkan ada anak
kecil yang tidak menyukai permen. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/
Diakses tanggal
23 November 2011)
Dalam strategi belajar mengajar kadang-kadang seorang guru
telah melakukan reinforcer terhadap siswanya dengan memberi hadiah untuk
prilaku seorang murid agar duduk tenang selama pelajaran berlangsung, tetapi
seorang murid tidak mengerjakan tugasnya. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
Dalam hal ini, guru telah melakukan kesalahan dalam
menggunakan reinforcer sehingga hadiah yang diberikan guru kepada siswa tidak
dapat menguatkan prilaku siswa yang diharapkan. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
Dengan demikian agar reinforcement yang diberikan kepada
seorang siswa sesuai dengan tujuan maka perlu diperhatikan jenis-jenis
reinforcement yang disukai siswa. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
Secara
umum reinforcement dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Dari
segi jenisnya
Reinforcemen
dibagimenjadi dua kategori, yaitui:
1)
Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa
kebutuhan dasar manusia seperti; makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
2)
Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang
diasosiasikan dengan reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai
nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk
membeli kue kesikaannya. (Sumber
: Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
b. Dari segi
bentuknya
Dalam
hal ini reinforcemen dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Reiforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan
untuk menguatkan atau meningkatkan prilaku seperti hadiah, pujian, dan
kelulusan.
2)
Reinforcemen negative adalah menarik diri dari
situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku misalnya, guru
yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya
dapat menyelesaikan tugas rumahnya(Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
c.
Waktu pemberian reinforcemen,
Keefektifan reinforcemen dalam prilaku tergantung pada
berbagai factor diantaranya frekuensi atau jadwal pemberian reinforcemen. Ada
empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu: (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
1)
Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian
reinforcemen ketika reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku.
Misalnya, seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh
soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang dahulu”.
2)
Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang
dibutuhkan untuk berbgai macam reinforcemen, dari reinforcemen satu ke
reinforcemen yang lain.
3)
Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang
menunjukkan prilaku yang diinginkan pada waktu tertentu.
4)
Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang
diberikan tergantung pada waktu dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan
reinforcemen bermacam-macam.
- Punishment
Punishmen adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi
yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan
tingkah laku. (Sumber : Belajar
menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
Menurut
Kazdin ada dua aspek dalam punishment yaitu:
a.
Sesuatu yang tidak menyenangkan (aversive) muncul setelah sebuah respon
(aversive stimulus). Misalnya, seorang guru yang menjemur siswa yang selalu
ramai di dalam kelas.
b.
Sesuatu yang positif (menyenangkan) setelah respon tidak muncul. Misal, seorang
remaja yang selalu mengganggu temannya mungkin akan kehilangan kesempatan untuk
menggunakan mobil pada akhir pejkan.
Dari
segi bentuknya, punishment terdiri dari time out dan respons cost.
a.
Time out adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan
sesuatu yang disukai atau disenangi pada waktu tertentu.
b. Respons cost adalah sebuah
bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan reinforcemen positif jika
melakukan prilaku yang tidak diinginkan. Misal, seorang siswa tidak diberi
kesempatan mengakses internet di ruang computer sekolah jika ia tidak menjawab tugas
yang diberikan. (Sumber :
Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal 23 November 2011)
- Shaping
Shaping adalah menggunakan langkah-langkah kecil yang
disertai dengan feedback untuk membantu siswa mencapai tujuan yang ingin
dicapai. (Sumber : Belajar
menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
Adapun
langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah:
a.
Memilih tujuan yang ingin dicapai
b.
Mengetahui kesiapan belajar siswa
c.
Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa
untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa.
d.
Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
- Extinction
Adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik
reinforcemen yang menyebabkan prilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi
melalui proses berlahan-lahan yang biasanya ketika reinforcemen ditarik atau
dihentikan perilaku individu sering meningkat seketika. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
Misalnya seseorang yang akan membuka pintu, ternyata pintu
terkunci. Maka orang tersebut akan membuka pintu pelan-pelan sampai akhirnya
orang tersebut berusaha membuka dan menggedor pintu dengan keras untuk beberapa
kali sampai merasa frustasi dean marah. Tetapi ketika seseorang tersebut sadar
bahwa pintu tersebut terkunci, maka orang tersebut akan meninggalkannya. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
Jadi
extinction merupakan kunci untuk mengatur tingkah laku siswa.
- Anteseden dan perubahan prilaku
Dalam operant conditioning, anteseden dapat memberikan
petunjuk apakah sebuah prilaku akan mendapatkan konsekuensi yang positif atau
negative. Skinner membuat eksperimen dengan burung. Dalam eksperimennya
tersebut dijelaskan ketika lampu menyala maka burung akan mematukkan paruhnya
untuk mengambil makanan. (Sumber
: Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
Sebaliknya,
ketika lampu mati burung tersebut tidak mematukkan paruhnya. Dengan kata lain,
dalam eksperimen tersebutv burungtelah belajar menggunakan anteseden cahaya
sebagai sebuah tanda untuk membedakan kemungkinan konsekuen yang akan dia
dapatkan ketikan dia mematuk. (Sumber
: Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
Menurut Skinner, untuk menghasilkan perubahan prilaku pada
diri individu selain memperhatikan konsekuen juga digunakan
anteseden-anteseden. Karena, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, perilaku
manusia seperti sebuah sandwich atau serangkaian
antecedents-behavior-consequens (A-B-C). ada dua cara untuk mengontrol
anteseden agar menghasilkan perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu dengan
cueing dan prompting. (Sumber :
Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
a.
Cueing
Cueing adalah tindakan memberikan stimulus
anteseden sebelum sebuah perilaku tertentu dilakukan. Cues (tanda-tanca) dapat
dalam berbagai bentukyang memberi petunjuk kepada kita kapan kita harus
mengubah tingkah laku dan kapan tidak melakukan apapun. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
Misalnya, selama pelajaran matematika biasanya seorang guru
memberikan penguatan kepada siswa yang mengerjakan tugas matematika dan
memberikan hukuman pada siswa yang tidak mengerjakan sama sekali. Akan tetapi,
pada saat guru menggumumkan bahwa waktu pelajaran matematika sudah habis maka
setiap siswa akan mendapatkan konsequen dari perilaku tersebut. (Sumber : Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
b.
Prompting
Terkadang siswa membutuhkan bantuan agar dapat merespon cues
dengan cara yang benar, sehingga menjadi sebuah stimulus pembeda (a
discriminative stimulus). Cara yang dapat digunakan adalah dengan memberikan
petunjuk tambahan yang disebut dengan prompting. Ada dua prinsipdalam
menggunakan prompting, yaitu: (Sumber
: Belajar menurut Skinner http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses tanggal
23 November 2011)
1)
Yakinkan bahwa stimulus lingkungan yang akan dijadikan petunjuk terjadi segera
sebelum prompting digunakan.
2)
Hentikan prompting secepat mungkin agar siswa tidak terganggu.
C.
APLIKASI TEORI SKINNER TERHADAP PEMBELAJARAN.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
-
Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
-
Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan
dan jika benar diperkuat.
-
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
-
Materi pelajaran digunakan sistem modul.
- Tes
lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
-
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
-
Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
-
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran
agar tidak menghukum.
-
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
-
Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
- Tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
-
Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
-
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
-
Dalam belajar mengajar menggunakan teaching
machine.
-
Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga
naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,
administrasi kompleks. . (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
20 November 2011)
D.
ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN
Banyak aplikasi Pengkondisian operan
telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara lain dikelas, rumah, setting
bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata. (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
Analisis
Perilaku terapan adalah
penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada
tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu: (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
- Meningkatkan perilaku yang diinginkan.
- Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
- Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
a.
Meningkatkan
perilaku yang diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan
dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
- Memilih
Penguatan yang efektif: tidak semua penguatan akan sama efeknya
bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu
penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
Untuk mencari penguatan yang efektif bagi
seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu,
apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak
terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih
dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
(Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
- Menjadikan
penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif,
guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu.
Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan
”jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya,
sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
Ini
akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku
mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh
soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak
itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi. (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
- Memilih
jadwal penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan
kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
a) Jadwal rasio tetap: suatu
perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah
terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
c) Jadwal interval – tetap : respons tepat pertama setelah
beberapa waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah
sejumlah variabel waktu berlalu.
- Menggunakan
Perjanjian. Perjanjian (contracting) adalah menempatkan
kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak
bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka
sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus
berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan ”jika…
maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal. (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
- Menggunakan
penguatan negatif secara efektif: dalam pengutan negatif, frekuensi
respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang
dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu
diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti
seorang guru menggunakan penguatan negatif. (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
- Menggunakan dorongan (prompt) dan
pembentukan (shapping)
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau
isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan
respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah
mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
(Sumber: Arie Asnaldi, (2005) Diakses
tanggal 24 November 2011)
b.
Mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan
Ketika guru ingin mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas,
atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan
adalah (Sumber: Arie
Asnaldi, (2005) Diakses tanggal
24 November 2011)
-
Menggunakan Penguatan Diferensial.
-
Menghentikan penguatan (pelenyapan)
-
Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
-
Memberikan stimuli yang tidak disukai (hokum
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI
SKINNER
1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan
untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.(Sumber: http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/
Diakses tanggal 15 November 2011)
2.
Kekurangan
Beberapa
kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G.
1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa
lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii)
keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. (Sumber: http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/
Diakses tanggal 15 November 2011)
Disamping
itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. (Sumber: http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses
tanggal 15 November 2011)
Beberapa
Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik
adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. (Sumber: http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/ Diakses
tanggal 15 November 2011)
Misalnya anak perlu mengalami
sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman
verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru
berakibat buruk pada siswa.
(Sumber: http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/
Diakses tanggal 15 November 2011)
BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat
diberikan setelah mengkaji teori belajar B.F Skinner adalah sebagai
berikut:
- Beberapa unsur dasar dalam teori operan kondisioning
Skinner dijelaskan pada tabel berikut:
Unsur Dasar
|
Definisi
|
Asumsi
|
Perubahan tingkah laku ialah
fungsi dari kondisi dari lingkungan dan peristiwa
|
Belajar
|
Perubahan tingkah laku ditunjukkan
oleh meningkatnya keseringan respon.
|
Hasil belajar
|
Respons yang baru (tingkah laku)
|
Komponen Belajar
|
(SD)-(R)-(R Reinsf)
|
Perancangan pembelajaran untuk
belajar yang kompleks
|
Merancang urutan stimulus – respon
– penguatan untuk mengembangkan himpunan respons kompleks.
|
Isi pokok dalam merancang
pembelajaran
|
Pemindahan kendali stimulus, waktu
penguatan; menghindarkan hukuman.
|
- Teori belajar operan kondisioning Skinner memberi
banyak kontribusi untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan
hukuman adalah bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara
efektif, pandangan teori ini akan mendapat membantu para guru dalam
pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar
yang tertuang dalam teori ini akan membantu guru dalam menggunakan
pendekatan pengajaran yang cocok untuk mencapai hasil belajar dan
perubahan tingkah laku yang positif bagi anak didik.
- kritik terhadap teori pengkondisian operan Skinner adalah seluruh pendekatan itu terlalu banyak menekankan pada control eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan bahwa strategi yang lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol perilaku mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Beberapa kritikus mengatakan bahwa bukan ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku, namun keyakinan atau ekspektasi bahwa perbuatan tertentu akan diberi ganjaran atau hukuman. atau dengan kata lain teori behaviorisme tidak memberi cukup perhatian pada proses kognitif dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Margaret
E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
John W.
Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media
Group: Jakarta.
Prasetya
Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta
Belajar menurut Skinner
http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/
http://kliknet.web.id/2011/11/09/makalah-psikologi-belajar-%e2%80%93-teori-belajar-menurut-skinner/
Teori
B.F. Skinner
0 komentar:
Posting Komentar